Senin, 03 Oktober 2016

mau hujan, mau panas. Sama saja, semua memberikan nikmat. Asal....,

Ya, asal dijaga.
Dijaga, dirawat, maka "ia" akan merawat kita. Itulah Alam.
Bahkan lebih dari sekadar merawat kita manusia, bahkan memberikan kehidupan.

Tak pelak, hidup kita tergantung alam, bukan sebaliknya.
Sepandai dan sehebat siapapun manusia, rumus itu tak mudah dibantah.
Kita bisa tidur dengan nyenyak, ketika alam sekitar kita masih terjaga baik. Mau hujan ataupun panas, alam memberikan respon positif buat kebaikan hidup manusia.

 
merawat alam, bila kita ingin dirawatnya

Namun, apa ia seperti itu keadaannya kini.
Entahlah. Perasaan "serba salah" sepertinya pertanda kita tidak menunaikan kewajiban kita menjaga "Sang Alam".
Hujan, salah; panaspun gelisah. "Hantu" banjir dan kekeringan terus terngiang sebagai ketakutan yang selalu hadir mengiringi panas dan hujan yang adanya wajar sebagai kodrat alamiah dari Sang Pencipta, yang kini terpaksa disikapi dengan ketakutan yang tak wajar itu.

Lantas, perasaan tak bersyukur dengan fenomena wajar alam, yang semestinya datang sebagai keberkahan hidup itu, justru merubah perilaku hidup yang menambah kemurkaan alam.

Kendatipun demikian, tak ada kata terlambat, mungkin bukan sekedar ungkapan penghibur dari suatu rasa penyesalan.

Alam wajib dijaga dan dirawat, kalau kita ingin "ia" berperilaku sama seperti yang kita kehendaki.
Kembalikan fungsi dan hak-hak alam yang lestari, untuk kehidupan yang berkah dan bersyukur.

Semoga.

Entri yang Diunggulkan

Alam 'Ku, mungkinkah kau akan pulih...,

'Bak tetesan embun yang halus menyelimuti tanaman di musim kemarau, meski tak kentara, namun bisa jadi cukup berarti bagi kehidupan ...