Lada murah, Lalu apa lagi...
Jungkir
baliknya harga lada di pasaran akhir-akhir ini, sepertinya memudarkan
satu-satunya harapan petani untuk bangkit memperbaikai kesejahteraannya.
Setelah harga karet - si tanaman handal kedua di Bangka
tercinta setelah lada - yang tak kunjung membaik, kini menyusul harga lada
yang terjun bebas, sampai dengan separuh dari harga biasanya.
Sudah
menjadi maklum dikalangan petani, bahwa tanaman manja dan banyak minta urus
ini, tidak mudah membudidayakannya. Menjelang usia tanaman "ngasel"
(baca=produksi), adalah periode pengorbanan yang cukup berat bagi petani.
Pengorbanan itu dimulai dari pembukaan lahan, persiapan penanaman, sampai pada
pembelian bibit dan junjung atau tajar tanaman. Semua membutuhkan biaya yang
membuat dahi berkerut memikirkannya.
Bukan hanya itu, biaya pemeliharaan yang sudah ditanamkan di kebun lada, juga bukan jaminan tanaman menghasilkan sesuai harapan. Datangnya penyakit yang tiba-tiba dan tidak diundang, bisa saja menghempaskan harapan yang lama ditungu-tunggu.
Hanya harga jual dipasaran yang mendongkrak semangat juang untuk terus berkebun lada. Tapi itu dulu, saat ini harga lada terus turun seperti tak ada yang mampu mengendalikannya.
Jika kondisi ini tak kunjung dapat diatasi, jangan heran bila bangkitnya lada sebagai komiditi handal di Pulau Bangka, hanya akan menjadi hayalan dan kenangan belaka.
Lalu, apalagi...?
Entahlah, bukan pesimis atau putus asa; yang pasti Lada dan karet memang tumpuan kehidupan msyarakat terbesar di Pulau Bangka kita
Bukan hanya itu, biaya pemeliharaan yang sudah ditanamkan di kebun lada, juga bukan jaminan tanaman menghasilkan sesuai harapan. Datangnya penyakit yang tiba-tiba dan tidak diundang, bisa saja menghempaskan harapan yang lama ditungu-tunggu.
Hanya harga jual dipasaran yang mendongkrak semangat juang untuk terus berkebun lada. Tapi itu dulu, saat ini harga lada terus turun seperti tak ada yang mampu mengendalikannya.
Jika kondisi ini tak kunjung dapat diatasi, jangan heran bila bangkitnya lada sebagai komiditi handal di Pulau Bangka, hanya akan menjadi hayalan dan kenangan belaka.
Lalu, apalagi...?
Entahlah, bukan pesimis atau putus asa; yang pasti Lada dan karet memang tumpuan kehidupan msyarakat terbesar di Pulau Bangka kita
ni.
Pasti ada yang bisa diperbuat, setidaknya oleh yang berkenan dan berwenang mengambil keputusan.
Komitmen terhadap apapun terkait dengan keberpihakan terhadap petani lada dan karet, sudah cukup menjadi bukti mengangkat harkat ekonomi kita orang Bangka ni.
Ayo, ditunggu langkah kongkritnya, bukan yang laen.
Pasti ada yang bisa diperbuat, setidaknya oleh yang berkenan dan berwenang mengambil keputusan.
Komitmen terhadap apapun terkait dengan keberpihakan terhadap petani lada dan karet, sudah cukup menjadi bukti mengangkat harkat ekonomi kita orang Bangka ni.
Ayo, ditunggu langkah kongkritnya, bukan yang laen.